Minggu, 12 Agustus 2012

Kisah Sukses Tidak Harus Dari Keturunan Orang Kaya

KISAH SUKSES AYAM BAKAR MAS MONO



Kisah perjalanan hidup A Pramono (34) mirip cerita sinetron. Belasan tahun lalu, ketika pria kelahiran Madiun ini mengadu nasib ke Ibu Kota Jakarta, ia memulainya dengan menjadi office boy di sebuah perusahaan swasta. Lalu ia beralih menjadi pedagang ayam bakar di pinggir jalan. Ternyata sukses. Kini Pramono sudah menjadi miliarder yang memiliki banyak usaha. Siapa yang tidak ngiler..?

“Kalau cerita saya dibikin sinetron mungkin akan menarik,” kata pria pemilik usaha Ayam Bakar Mas Mono ini ketika bercakap cakap dengan saya di salah satu kedainya di Jalan Tebet Raya No 57, Jakarta Selatan, baru-baru ini.

Namun, ayah satu anak yang akrab dipanggil Mas Mono ini buru buru menambahkan bahwa sukses bisa diraihnya setelah melewati proses yang cukup panjang. la meyakini, dalam hidup ini tidak ada sesuatu yang instan. Artinya, kalau ingin sukses mesti lewat perjuangan.

“Orang tidak tahu dan mungkin tidak mau tahu, ketika memulai usaha ini saya harus ke pasar jam tiga dinihari. Jam empat subuh sudah menyalakan kompor, ketika kebanyakan orang masih tidur,” ujar Pramono.

Awalnya, suami Nunung ini berjualan ayam bakar di pinggir Jalan Soepomo, Jakarta Selatan, persisnya di seberang Universitas Sahid. Di tempat itu, setiap hari-kecuali hari libur dia menggelar tenda, bangku dan meja untuk berdagang.

Dengan memakai kaus, celana gombrang dan sandal jepit, dia setia melayani pembeli yang datang dari pagi sampai pukul 14.00. Sebagian pembelinya adalah mahasiswa dan orang kantoran yang bekerja di wilayah tersebut.

“Tapi ya namanya dagang kaki lima, ada gilirannya. Saya dagang dari pagi sampai siang. Dagangan habis nggak habis saya harus tutup. Lalu, jam 14.00 diganti pedagang lain yang menjual nasi goreng, pecel lele dan seafood,” tutur Pramono sambil memperlihatkan foto lamanya di laptop.

Pria yang menamatkan S3 (maksudnya tamat SD, SMP, SMA) di Madiun ini belakangan akrab dengan laptop karena dia menjadi salah seorang mentor nasional dari Entrepreneur University (EU). Foto-foto lamanya itu menjadi salah satu bahan presentasinya ketika membawakan materi tentang wirausaha.

Menurut Pramono, sejak dulu dia suka fotografi tapi hanya sebatas hobi. Bukan karena dia tahu akari sukses. Jika diamati, foto Pramono saat masih berjualan di pinggir jalan dan saat ditemui Warta Kota beberapa hari lalu, memang berbeda jauh. Dulu dia terlihat kurus, sekarang tampak macho dan keren.

“Ya, bedalah Mas. Dulu tidak terawat, sekarang terawat. Dulu nggak punya tabungan,sekarang tabungan banyak di bank,” ujarnya sambil menunjukkan tabungannya yang pernah mencapai persis Rp 1 miliar.

Salah satu kebiasaan positif yang dimiliki Pramono dan sangat memberi inspirasi adalah kesenangannya belajar sesuatu yang baru untuk meningkatkan kualitas hidupnya. Tahun 1999, ketika menjadi office boy di sebuah perusahaan swasta, Pramono selalu memanfaatkan,waktu luangnya dengan belajar komputer. Bukan bermain bermain game seperti kebanyakan orang. Sebab dia tahu, dengan menguasai keterampilan itu kariernya bisa naik dan gajinya juga akan lebih besar.

Pramono benar, karena kariernya terus meningkat hingga akhirnya diangkat menjadi supervisor. Meski jabatannya cukup tinggi tapi dia terus tertantang untuk meningkatkan taraf hidupnya. Cita-citanya cuma satu, bagaimana caranya lebih membahagiakan orang-orang yang dicintai, keluarga dan orangtuanya.

Akhirnya, tahun 2001 dia keluar dart perusahaan tersebut dan memulai usaha dengan berjualan gorengan keliling di seputar,wilayah Pancoran, Jakarta Selatan. Langkahnya rada ekstrem. Sebab, bagi Pramono, untuk memulai usaha tidak perlu banyak berpikir, apalagi menghitung rugi laba. Yang terpenting adalah melakukan action.

“Banyak saudara saya yang tidak terima dengan keputusan itu. Apalagi pada awal-awal berdagang, omzetnya baru Rp 15.000 sampai Rp 20.000 per hari,” ujarnya.

Meski menghadapi banyak tantangan, Pramono tidak mau mundur. Sampai akhirnya dia mendapat lapak kosong di seberang Universitas Sahid. Dengan modal Rp 500.000 untuk membeli gerobak dan peralatan lainnya, termasuk ayam lima ekor, Pramono membuka lembaran barunya dengan menjual ayam bakar. Namun karena belum mahir mendorong gerobak, pernah suatu ketika ayam dagangan jatuh ke pasir. Terpaksa ayam tersebut harus dibersihkan dulu.

“Kalau orang lain mungkin sudah mikir macam-macam. Wah ini tanda sepi, nggak laku, karena baru mau jualan ayamnya sudah jatuh, sial. Namun, kalau saya justru berpikir lain. Wah, ini pertanda bagus, dagangan saya bakal laku. Sebab, saya menggunakan otak kanan. Selalu optimis dan percaya dirt,” tegas Pramono.

Terlepas dart peristiwa itu, beberapa tahun kemudian usaha Ayam Bakar Mas Mono berkembang pesat. Dia mempunyai 13 cabang dan dalam satu hari bisa menjual 1.000 ekor ayam. “Sampai sekarang saya merasa seperti mimpi. Kok bisa ya,” kata Pramono.
Bila kita melihat tempat makan tersebut kelihatan sempit sekali kira-kira berdiameter 3 x 5 meter. Tetapi yang bikin menariknya lagi tempat tersebut dipenuhi oleh foto-foto para artis terkenal dan disertai tanda tangan yang rata-rata mengatakan "ayam bakar mas mono uenak tenan..", diantaranya Cut Tari, Indy Barens, Indra Bekti, Aming, Ello, Ferry Salim, Uya Kuya, dan masih banyak lagi artis yang pernah makan ditempat tersebut. Tapi tempat bagi saya tidak penting, tetapi yang paling penting adalah menyantap ayam bakarnya yang tiada duanya, ujarnya..
Dan lama kelamaan bisnis itu kini sudah mempunyai tujuh anak cabang antara lain:

1. Jl. Tebet Raya No.57 Telp/Fax. 021 . 835 0847 JAKARTA SELATAN
2. Jl. Tebet Timur Dalam No. 48  PSPT Telp. 021. 8370 8128 JAKARTA SELATAN
3. Jl. Inspeksi Saluran No. E26 Kalimalang Telp. 021. 8660 9781 (Depan RS. HARUM)
4. Jl. Raya Jati Makmur No. 120 Pondok Gede Telp. 021. 7112 3393
5. Jl. Perintis Kemerdekaan No. 31 Pulomas Telp. 021. 4788 5073 JAKARTA TIMUR
6. Jl. Pejaten Raya Kav. 30 Pasar Minggu Telp. 021. 7943 038 JAKARTA SELATAN
7. Jl. Pengadegan Raya – Kalibata Telp. 021.  9814 5935 (Belakang Komp. MPR – DPR)
8. Jl. Pondok Kelapa Raya B. 1 No.3. Telp. 021. 8690 0097 JAKARTA TIMUR
9. Jl. Penggambiran No. 438A Telp. 021. 4788 2328 (Depan Rawamangun Square)
10. Jl. Margonda Raya No.423A Depok Telp. 021. 7151 5669 (Samping pintu masuk Univ. Gunadarma)
11. Jl. Ciledug Raya No. 3 Telp. 021. 7361 974 (Samping Univ. Budhi Luhur)
12. Jl. Ir. H. Juanda No. 7  Telp. 021. 749 5857 CIPUTAT
13. Jl. Cipinang Jaya Raya Telp. 021. 8590 7349 Blok E3 No. 78 C-D JAKARTA TIMUR
14. Jl. Alternatif Cibubur Km 3 Telp. 021. 8459 7629
15. Jl. Rs. Fatmawati Raya No.8b Cipete Telp. 021. 766 5137 JAKARTA SELATAN
16. Jl. Cinere raya No. 32 Cinere Telp. 021. 754 4854 DEPOK
17. Jl. Pesanggrahan Raya No. 4 Telp. 021. 5861 86 JAKARTA BARAT
18. Jl. Gandaria I No. 59 Kebayoran Baru Telp. 021. 722 4335
19. Jl. Bintaro v utama AE – 2/41 Bintaro sektor V Telp. 021. 735 8457
20. Jl. Baru Blok A No. 5 Komplek pertokoan yogya – Bogor Telp. (0251) 838 2040
21. Mall Ambasador Food Court II Lt.4 Telp. 021. 9697 3263
22. Jl. jatiwaringin raya no 60-61 pondok gede bekasi
23.  Jl salemba tengah no. 12 JAKARTA PUSAT

Dan pusatnya sendiri berada di Jl. Tebet Raya No. 57, Tebet - Jakarta Selatan. Telp. 92811166, Hp. 08128218674. Tempat tersebut buka pada jam 08.30 - 21.00. Ayam bakar Mas Mono ini menerima pesanan lho..mulai dari tumpeng, nasi box, prasmanan untuk pesta, sampai bazaar.

Biasanya kalau sudah masuk waktunya makan siang, tempat tersebut ramai sekali dengan pengunjung mayoritas para karyawan, banyak pula para mahasiswa dan pelajar yang makan di tempat tersebut.

Saya jamin anda yang pernah merasakan kenikmatan rasa dari ayam bakar Mas Mono ini akan menambah porsi makan, termasuk saya tentunya

Dengan Rp. 8.500,- saja, anda sudah bisa menyantap ayam bakar dan merasakan kelezatannya yang tak tertandingi rasanya.

0 komentar:

Posting Komentar